Terima dulu, barangkali Tuhan sedang menitipkan pesan lewat keadaan itu. Astra memang laki-laki yang hanya mengandalkan kata-kata, istimewa memang tapi sekarang harusnya semuanya dibuktikan atas dasar perasaan yang sesugguhnya. Keadaan astra setelah gendrang sastra dirundung dengan penuh cerita, kisah pilu diantara keluarganya sangat berat bagi ia untuk menjadi mahasiswa seutuhnya, ia berusaha setia pada kata hati yang diyakini, namun hal lain yang dinamakan takdir membuatnya seperti penyesalaan dikehidupannya. Astra kehilangan banyak dalam kehidupannya, tetapi kehilangan yang dialaminya, barangkali juga sebuah pelajaran sejarah terpenting. Untuk itu astra ingin sekali menyampaikan pesan untuk nadia bahwa dirinya tidak menghilang atas dasar mengubar kata-kata magis, namun waktu dalam perjalanan hidupnya sering kali tersingkirkan. Nadia, Sayang, Dulu di Surabaya seorang kawan suka mengatakan bahwa sejarah adalah langkah seorang raksasa yang tidak mempunyai hati. Mula-mu...
Diam itu Penenang