Nur masih menyapa dalam diliarnya jalan cerita, tidak ada yang bisa membagi apa-apa tersisa hanya bagian-bagian tetap ada.
Begini, mulanya aku dan sembilan temanku yang bingung akan pendidikan semakin percaya diri. Bisa melanjutkan apa yang seharusnya dirasakan anak seumuran kami. Akhirnya perjalanan kami benar-benar teruji setelah ini.
Aku pernah berkata, semua memang salah tak ada benarnya. Jika memang semakin kesini kami susah kami sedang berjuang dengan proses ini.
Aku akan bercerita tentang aku yang tidak banyak berubah, jika berubah itu bukan aku tapi yang lain dariku. Melanjutkan di kota pahlawan adalah pilihan banyak orang sebab langkah menjadi bagian terpenting kemana proses akan menemani, nyatanya semua bahagia dengan caranya yang sederhana, semampunya, keinginannya. Kalau tidak ada tercapai ya wajar manusia akan mengerutu tidak senang, tapi itulah bagian terpenting dari proses ketika menjalani.
Saya bertemu dengan nur tanpa sengaja, awalnya di tengah malam mulai bercerita tentang hidup kita, banyak yang berbeda dari kita karena sama-sama makan dengan sepotong ikan dipiring bersama keluarga.
Mulai terbiasa dengan keadaan yang ada hidup mewah di kota pahlawan tercinta bersamanya. Tidur di gedung mewah, dijaga oleh satpam yang semuanya tidak pernah ikut membayar gajinya, listriknya atau bulanannya. Tinggal menyapa saja hidup kita sangat bahagia. Banyak bencinya tapi nyamannya sangat mempesona.
Ini pernah ada mengirim sebuah kotak berisi kenangan saat ini ke alamat kami. No 59 nur bertanya kau dicari penjaga di depan sana.
Apa salahku.
Aku menjalani seperti biasanya, mengapa sekarang berbeda.
Kau dapat kotak dari yang kau tidak tau.
Nur. Tidak ada yang tau kalau rumah kita disini, mengapa sekarang ada yang mengirim?
Kau memberi tau kesiapa tentang rumah yang tak biasa ini?
Tak ada jawaban. ~~menghilang.
Setelah ini kita meninggalkan rumah kita, kita akan menjelajahi proses yang membenci hidup ini, yakni berlama-lama di kereta untuk menyapa sebagian yang ada dan memberi kita bahagia.
Ini bukan ceritanya, sebab ini ceritaku saja.
Nur masih belum dibuatkan cerita.
Begini, mulanya aku dan sembilan temanku yang bingung akan pendidikan semakin percaya diri. Bisa melanjutkan apa yang seharusnya dirasakan anak seumuran kami. Akhirnya perjalanan kami benar-benar teruji setelah ini.
Aku pernah berkata, semua memang salah tak ada benarnya. Jika memang semakin kesini kami susah kami sedang berjuang dengan proses ini.
Aku akan bercerita tentang aku yang tidak banyak berubah, jika berubah itu bukan aku tapi yang lain dariku. Melanjutkan di kota pahlawan adalah pilihan banyak orang sebab langkah menjadi bagian terpenting kemana proses akan menemani, nyatanya semua bahagia dengan caranya yang sederhana, semampunya, keinginannya. Kalau tidak ada tercapai ya wajar manusia akan mengerutu tidak senang, tapi itulah bagian terpenting dari proses ketika menjalani.
Saya bertemu dengan nur tanpa sengaja, awalnya di tengah malam mulai bercerita tentang hidup kita, banyak yang berbeda dari kita karena sama-sama makan dengan sepotong ikan dipiring bersama keluarga.
Mulai terbiasa dengan keadaan yang ada hidup mewah di kota pahlawan tercinta bersamanya. Tidur di gedung mewah, dijaga oleh satpam yang semuanya tidak pernah ikut membayar gajinya, listriknya atau bulanannya. Tinggal menyapa saja hidup kita sangat bahagia. Banyak bencinya tapi nyamannya sangat mempesona.
Ini pernah ada mengirim sebuah kotak berisi kenangan saat ini ke alamat kami. No 59 nur bertanya kau dicari penjaga di depan sana.
Apa salahku.
Aku menjalani seperti biasanya, mengapa sekarang berbeda.
Kau dapat kotak dari yang kau tidak tau.
Nur. Tidak ada yang tau kalau rumah kita disini, mengapa sekarang ada yang mengirim?
Kau memberi tau kesiapa tentang rumah yang tak biasa ini?
Tak ada jawaban. ~~menghilang.
Setelah ini kita meninggalkan rumah kita, kita akan menjelajahi proses yang membenci hidup ini, yakni berlama-lama di kereta untuk menyapa sebagian yang ada dan memberi kita bahagia.
Ini bukan ceritanya, sebab ini ceritaku saja.
Nur masih belum dibuatkan cerita.