Ada cerita dan aku sebagai tokohnya, tidak tau mengapa dalang menjadikan aku sebagai bahan ceritanya, dalam titik yang sama mereka mulai membuka cerita-cerita tentang bagaimana cara untuk mendapatkan simpati dari para pendengarnya.dalang berusaha meyakinkan bahwa ada seorang yang selalu bersama merupakan pasangan, tapi mereka tidak pernah mengetahui bahwa yang jauh juga bisa bersama. Titik terendah dari cerita-cerita itu adalah katanya.
Aku, tidak tau darimana dalang mengumpulkan cerita itu, sebab cerita itu merusak otak. Apalagi persahabatan yang terjalin antara mereka, aku adalah aku, kalau menganggap berubah, coba tanyakan kembali pada hatimu, siapa tau hatimu yang telah berubah.
Terimakasih atas peduli dalang karena telah menceritakan aku sebagai tokoh yang sangat protagonis disini, yakin saja setelah membaca cerita-cerita itu mereka akan sangat membenci tokoh ini. Seperti cerita terdahulu, semua cerita yang disajikan akan membuat orang membentuk kebencian, entah dari sisi mana mereka akan membencinya, benci dari hatinya, benci dari sifatnya, benci dari perilakunya, bahkan benci pada dalang yang dengan mudah membuat cerita dengan sengaja.
Intinya benci yang ada adalah diam itu karena aku tidak melawan atau membuka cerita baru, biarkan saja, angin mudah berubah, air mengalir dengan jalan yang ada, dan dalang membuat cerita dengan alasan kebahagiaan aku.
Pertahankan, mungkin tokoh aku sudah banyak membaca cerita-cerita jadi hanya bisa menjaga lewat diamnya. Bahagia itu sederhana, sebab membuat orang lain tersenyum merupakan keistimewaan bagi orang-orang disekitar, coba kamu pikirkan kembali, yang berubah itu hatimu, bukan aku. Berhutang Budi atau sejenisnya merupakan keuntungan menjadi manusia. Sebab manusia itu menjaga, bukan merusak dengan alasan kebahagiaan bersama, itu ada waktunya tersendiri bukan? Karena dalang juga butuh kebahagiaan sendiri bukan bersama.
Setelah berhasil bercerita coba kamu ulang kembali, diam yang diambil tokoh aku adalah kesalahan yang dalang lakukan, potongan puzzle puzzle yang dikumpulkan tidak bisa lagi tersusun rapi karena aksara yang rumpang sedang digeluti kebencian.
Aku, tidak tau darimana dalang mengumpulkan cerita itu, sebab cerita itu merusak otak. Apalagi persahabatan yang terjalin antara mereka, aku adalah aku, kalau menganggap berubah, coba tanyakan kembali pada hatimu, siapa tau hatimu yang telah berubah.
Terimakasih atas peduli dalang karena telah menceritakan aku sebagai tokoh yang sangat protagonis disini, yakin saja setelah membaca cerita-cerita itu mereka akan sangat membenci tokoh ini. Seperti cerita terdahulu, semua cerita yang disajikan akan membuat orang membentuk kebencian, entah dari sisi mana mereka akan membencinya, benci dari hatinya, benci dari sifatnya, benci dari perilakunya, bahkan benci pada dalang yang dengan mudah membuat cerita dengan sengaja.
Intinya benci yang ada adalah diam itu karena aku tidak melawan atau membuka cerita baru, biarkan saja, angin mudah berubah, air mengalir dengan jalan yang ada, dan dalang membuat cerita dengan alasan kebahagiaan aku.
Pertahankan, mungkin tokoh aku sudah banyak membaca cerita-cerita jadi hanya bisa menjaga lewat diamnya. Bahagia itu sederhana, sebab membuat orang lain tersenyum merupakan keistimewaan bagi orang-orang disekitar, coba kamu pikirkan kembali, yang berubah itu hatimu, bukan aku. Berhutang Budi atau sejenisnya merupakan keuntungan menjadi manusia. Sebab manusia itu menjaga, bukan merusak dengan alasan kebahagiaan bersama, itu ada waktunya tersendiri bukan? Karena dalang juga butuh kebahagiaan sendiri bukan bersama.
Setelah berhasil bercerita coba kamu ulang kembali, diam yang diambil tokoh aku adalah kesalahan yang dalang lakukan, potongan puzzle puzzle yang dikumpulkan tidak bisa lagi tersusun rapi karena aksara yang rumpang sedang digeluti kebencian.