Mochamad Ridlwan, Guru Penjaskes yang Melahirkan Banyak Atlet
Oleh : Fathur Rohim Syuhadi
Mochamad Ridlwan adalah sosok guru yang dikenal karena dedikasinya dalam mengajar dan membimbing siswa di bidang Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes). Selama lebih dari tiga dekade, ia mengabdikan diri sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Desa Payaman, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Dari tangan dinginnya, lahir banyak atlet yang menorehkan prestasi dari tingkat desa hingga provinsi.
Kedisiplinan, ketekunan, dan kesabaran menjadi ciri khas pengabdiannya. Dalam setiap gerakan pemanasan, setiap permainan bola, dan setiap latihan lari pagi, terdapat semangat membangun generasi tangguh dan sehat. Tak hanya menjadi guru, Ridlwan juga menjadi pembimbing hidup, terutama dalam membentuk karakter melalui olahraga. Banyak muridnya yang kemudian menjadi juara lomba atletik, voli, sepak bola, hingga catur. Bahkan, beberapa dari mereka mengikuti jejaknya, menjadi guru Penjaskes di madrasah yang sama. Ini adalah bentuk sinergi antar generasi yang langka dan membanggakan.
Mengajar Sejak 1986
Mochamad Ridlwan mulai mengajar pada tahun 1986. Saat itu, dengan berbekal ijazah Madrasah Aliyah, ia langsung terjun ke dunia pendidikan dasar. Meski berlatar belakang pendidikan agama, Ridlwan tak ragu menekuni bidang Penjaskes, karena baginya kesehatan fisik adalah pondasi bagi kecerdasan dan spiritualitas. Ia terus belajar, berinovasi, dan memperbaiki cara mengajar. Metode latihannya sederhana namun efektif. Ia percaya bahwa anak-anak butuh ruang untuk bergerak, tertawa, dan bermain sambil belajar. Ia tidak hanya membina fisik, tapi juga membentuk mental pantang menyerah.
Sebagai guru senior, Ridlwan menjadi teladan bagi para guru muda. Ia tidak hanya disegani karena jam terbangnya, tapi juga karena sikapnya yang rendah hati dan penyabar. Anak-anak menyayanginya karena pendekatannya yang lembut. Ia tidak pernah memarahi dengan suara tinggi. Bahkan ketika anak-anak melakukan kesalahan, ia membimbing dengan sabar.
Kader Tapak Suci Sejak Muda
Kecintaannya pada olahraga bukan hanya karena tugas sebagai guru. Sejak muda, ia telah aktif di organisasi bela diri Tapak Suci. Ia adalah salah satu kader awal Tapak Suci di Lamongan pada era 1980-an. Saat itu, ia dibina langsung oleh Pendekar Besar KH Kasuwi Thorif, tokoh penting dalam sejarah Tapak Suci di Lamongan. Dari sana, Ridlwan tidak hanya belajar teknik bela diri, tapi juga nilai-nilai spiritual dan akhlak sebagai pendekar Muslim sejati. Semangat Tapak Suci inilah yang terus ia bawa dalam kehidupan dan pengabdiannya di madrasah.
Latar Keluarga dan Kehidupan Pribadi
Mochamad Ridlwan lahir pada tanggal 5 April 1964 di Desa Payaman, Kecamatan Solokuro. Ia adalah anak kelima dari enam bersaudara, putra dari pasangan Taslim dan Rohil. Kakak-kakaknya adalah Khuzaemah, Zuhroh, Ach Nafi, dan Rif’an, sementara adik bungsunya bernama Husnul Aqib. Latar keluarga yang sederhana dan religius membentuk karakter Ridlwan yang tawadhu, ulet, dan bersahaja.
Dalam kehidupan rumah tangga, ia menikah dengan Imalah Ts. Dari pernikahan itu, Allah menganugerahi dua orang putra: Fakhrur Ridlo dan Kholid Firdausi. Kedua anaknya tumbuh dalam suasana rumah yang tenang dan penuh nilai keteladanan. Menurut Kholid Firdausi, sang ayah adalah sosok yang tenang, penuh qana’ah (menerima apa adanya), dan sangat rajin beribadah. “Bapak adalah orang yang jarang mengeluh, beliau selalu menjaga shalatnya dan menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga dengan tenang,” ujar Kholid.
Pandangan Rekan Sejawat
Bashori, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Payaman, memberikan kesan mendalam terhadap sosok Ridlwan. Menurutnya, Ridlwan adalah guru yang sangat disiplin dan penyabar. Ia tak pernah absen mengajar kecuali karena alasan yang sangat mendesak. Murid-murid menyukainya bukan hanya karena pembelajaran olahraganya menyenangkan, tapi karena Ridlwan memahami dunia anak-anak. Ia tahu kapan harus serius dan kapan harus bercanda.
Tak hanya menjadi guru, Ridlwan juga sering membantu kegiatan madrasah di luar jam pelajaran. Ia aktif dalam lomba-lomba antar madrasah, menjadi pelatih, wasit, hingga pengatur teknis lomba. Ia tak pernah berharap penghargaan, cukup melihat anak-anak didiknya tersenyum bahagia sudah menjadi kebahagiaan tak ternilai.
Hari-Hari Terakhir
Sabtu malam, 5 Juli 2025, menjadi malam yang mengharukan. Saat hendak melaksanakan shalat Isya di Mushola Al Jihad, Desa Payaman, Mochamad Ridlwan jatuh di pintu masuk mushola dan tidak sadarkan diri. Warga segera menolong dan membawanya ke Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Selama dua hari dirawat, kondisi kesehatannya tidak membaik. Pada Senin malam, 7 Juli 2025, ia menghembuskan napas terakhir dan disaksikan istri, anak-anak, dan para kerabat yang mendampinginya. Kabar wafatnya Mochamad Ridlwan menyebar cepat di kalangan guru, murid, alumni, dan masyarakat desa. Duka mendalam menyelimuti semua pihak yang mengenalnya.
Jenazahnya dishalatkan di Masjid Al Jihad, mushola tempat ia biasa shalat berjamaah dan membina anak-anak desa. Ratusan pelayat hadir, dari tetangga hingga mantan murid yang kini telah dewasa. Tangis dan doa mengiringi kepergiannya menuju peristirahatan terakhir di Tempat Pemakaman Umum Desa Payaman, Selasa pagi, 8 Juli 2025.
Warisan Teladan
Mochamad Ridlwan telah tiada, namun keteladanan dan warisannya abadi. Ia meninggalkan jejak yang tak ternilai: semangat pengabdian tanpa pamrih, kecintaan pada dunia pendidikan, dan ketulusan dalam membimbing generasi muda. Ia bukan sekadar guru olahraga, tapi pendidik sejati yang membentuk karakter dan masa depan anak-anak bangsa.
Madrasah kehilangan salah satu bintangnya. Desa Payaman kehilangan sosok panutan. Namun, semangatnya akan terus hidup dalam gerakan kaki para atlet muda, dalam senyum para murid yang bermain bola di lapangan madrasah, dan dalam setiap shalat yang khusyuk di mushola tempat ia jatuh untuk terakhir kalinya. Di Mushola ini juga ia menjadikan rumah keduanya di mana sejak masih mudah sudah mengajar mengaji.
Selamat jalan, Pak Ridlwan. Engkau telah berlari jauh mengantar generasi, dan kini saatnya engkau beristirahat dalam damai. Semoga Allah menerima amal ibadahmu, dan menempatkanmu di tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.
