Pak Moh. Nadjib, B.A.: Serius dalam Agama, Teguh dalam Prinsip
Oleh : Fathur Rahim Syuhadi.
Di antara sahabat guru yang pernah membersamaiku, Pak Moh. Nadjib, B.A. adalah sosok yang sangat saya hormati karena keteguhan prinsip dan kesungguhannya dalam mendidik. Beliau adalah teladan tentang bagaimana ilmu agama ditanamkan bukan hanya lewat lisan, tetapi juga melalui keteladanan sikap dan kedisiplinan waktu.
Perjalanan pendidikannya dimulai dari MIM Payaman, lalu melanjutkan ke PGA Negeri Bojonegoro, lembaga pendidikan yang saat itu mencetak banyak guru agama yang tangguh. Setelah menjadi Pegawai Negeri Sipil dan mengajar sebagai guru agama di SD Negeri, beliau tak berhenti belajar. Ia melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Syariah mengambil kelas di kampus Pondok Karangasem Paciran.
Saat itu, MTs Muhammadiyah 5 Payaman masih menggunakan sistem belajar siang, karena di pagi hari ruangannya dipakai siswa-siswi MIM. Jadwal Pak Nadjib pun sungguh padat: pagi mengajar di SD, siang di MTs, dan sore hari melanjutkan kuliah. Namun, tak sekalipun saya melihat beliau lelah atau mengeluh.
Di MTs Muhammadiyah, beliau mengajar Fiqih. Mata pelajaran yang memang membutuhkan ketegasan dan kecermatan. Dan beliau menghadirkannya dengan penuh keseriusan. Saya sendiri pernah bertanya, “Pak Nadjib, jenengan kok ngajarnya serius banget, ya?” Ia tersenyum tipis, lalu menjawab dengan tenang:
“Ngajar agama itu harus serius dan tegas. Tidak boleh banyak bergurau. Ini soal tanggung jawab dunia akhirat.”
Beliau juga dipercaya sebagai Wakil Kepala Madrasah urusan Kurikulum. Ketelitiannya, keteraturannya dalam menyusun jadwal, memastikan guru hadir tepat waktu, dan mengawal proses pembelajaran berjalan efektif—semuanya dilakukan dengan sangat cermat. Ia dikenal sebagai guru yang disiplin dan bersih dalam bekerja.
Keteguhannya dalam hal prinsip agama juga sangat terasa. Salah satu yang sangat saya ingat, beliau sangat menjaga pergaulan antar siswa laki-laki dan perempuan. Bahkan beliau sampai mengatur jalur jalan menuju musholla Al Jihad agar murid laki-laki dan perempuan tidak bercampur. Ini bukan semata soal aturan, tapi bentuk nyata dari kehati-hatian dalam menjaga nilai-nilai adab Islam.
Bersama Pak Syuhadi (Kepala Madrasah) dan Pak Abdur Rahman, Pak Nadjib sangat istiqamah menegakkan shalat Ashar berjamaah di musholla Al Jihad. Tak peduli sepadat apapun jadwal mereka, waktu Ashar selalu menjadi titik temu ruhani—tempat menyatukan niat, melepaskan lelah, dan memperkuat tekad dalam perjuangan mendidik generasi.
Yang membuat saya makin kagum, di balik rutinitas mengajar yang padat, beliau tetap menyempatkan diri bertani. Ia mengurus sawah, memelihara kehidupan dengan cara-cara sederhana dan halal. Dan tak hanya itu, beliau juga aktif sebagai khatib Jumat dan pengisi taklim. Sebuah teladan tentang kesalehan sosial yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari.
Pak Nadjib hidup dalam kesederhanaan, namun wibawanya luar biasa. Ia jarang bicara banyak di ruang guru, tetapi setiap kalimatnya selalu bermakna. Putra-putrinya pun sukses, banyak yang melanjutkan pendidikan ke pesantren, mengikuti jejak perjuangan beliau.
Satu hal yang tak akan saya lupa, cara mengajarnya yang tegas tapi tak kasar, serius tapi tetap memberi ruang pemahaman. Ia memang tak banyak bergurau, tapi dari setiap pelajaran Fiqih yang ia sampaikan, kami tidak hanya mendapat ilmu hukum-hukum syariat, melainkan juga memahami makna kedalaman iman dan tanggung jawab sebagai Muslim.
Kini, setiap kali saya bertemu murid-murid MTs yang pernah diajar Pak Nadjib, mereka selalu menyebut beliau dengan hormat. Ada yang bilang, “Beliau membuat saya lebih serius shalat.” Ada pula yang berkata, “Saya belajar cara menjaga waktu dari beliau.” Semua kesan itu menjadi bukti bahwa pengaruh beliau tertanam kuat di hati para siswanya.
Di antara banyak guru yang pernah saya temui, Pak Moh. Nadjib, B.A. adalah salah satu yang paling konsisten dalam menjaga nilai-nilai Islam, disiplin waktu dan ketulusan mengajar. Ia tidak mengejar panggung, tetapi justru dari kesederhanaannya, ia mengilhami banyak orang.
Bagi saya, beliau adalah definisi nyata dari guru yang mendidik dengan hati, prinsip dan integritas. Dan kisahnya layak menjadi bagian dari mozaik besar perjuangan pendidikan yang kita rangkai dalam Jejak Guru Hebat. Guru Hebat Mencerahkan.