Selamat atas bahagia yang katanya diciptakan ketika berucap mencintai.
Begitulah kiranya yang sedang dipikirkan.
Aku menuliskan cerita, namun terkadang aku merasakan kehadiranmu, sedangkan aku tidak menuliskanmu. Mungkin itu yang disebut rindu sembunyi di balik kata. ?
Merangkai cerita ini dengan menghitung kebahagiaan yang pernah kita ciptakan, oh iya bukan kita. Tapi aku dan kamu sebelum berpisah tanpa kabar, tanpa ucapan selamat tinggal, hanya ucapan selamat berbahagia atas cinta yang diinginkan.
Kamu tanyakan mengapa aku menghilang? Tidak, aku tidak bisa menghilang, aku manusia yang mencoba terlihat baik-baik saja melihatmu sudah berpasang.
Kisah ganjil ini dikisahkan aku, kamu, kita yang menghitung bahagia orang lain atas ketidaktauan bahwa aku, kamu dan kita perlu bahagia juga.
Kita masih tertawa atas apa yang sudah terjadi, bukan untuk mentertawakan kisah, hanya waktu saja mudah bercanda atas kebahagiaan kita.
Sudah, jangan terlalu larut malam, kita lelah. Mari beristirahat dari istilah-istilah yang aku, kamu, kita buat secara bersama.
Sebab yang ingin aku tuliskan hanya ingin berkata. AKU BAHAGIA.
Abid. Begitulah panggilan yang selalu membuatku bahagia. Membuatku merasa bahwa aku masih di doakan atas namaku dan masih bermanfaat bagi orang lain.
Tulisan ini pun menjadi kebahagiaanku.
Aku sangat bahagia, sungguh.
Membaca tulisan inipun harus ikut berbahagia.
Lebih bahagia dariku.
Sambil memilin milin tibalah hening ini sampai pada larutnya, sayu-sayup suara menambah romantisme kehidupan.
Dan sekali lagi, selamat, Abid. Semoga baik-baik saja.