Kita akan sampai pada langit.
Begitulah semua orang akan menjadikan dirinya bahagia dan tenang.
Semua cita-cita berada disana, angan-angan. Sebab kita tidak tau apa yang akan terjadi pada hari selanjutnya. Kita memang sudah punya list untuk apa hari besok tapi hidup kadang sebagian kecil saja harus sesuai.
Awan biru masih saja menjadikan indah, hanya dengan melihat, memotret dan membagikannya saja kita sudah merasa bahagia.
Begitulah hidup.
Tapi, ketika mengingatmu kembali, mengapa hati ini masih ingin saja mengisahkan dengan menulis kenangan rambut hitam, lentik bulu matamu, dan bibir itu.
Rambut yang kau biarkan jatuh dikeningmu mengajakku untuk membenarkan.
Letik bulu matamu mengisyaratkan cinta yang kunikmati di wajahmu...
Tetapi semua itu diam, terpaku ketika menatap langit, berangan-angan bawa awan itu mampu melukiskan wajah dengan lentik bulu mata dan rambut hitam yang kau biarkan untuk ku pandang.
Salahkah bila aku menuntut mesrah, tiap aku memandang awan biru, berharap bersamamu.
Selamanya, sampai bibir itu mengucap janji untuk bersama-sama lagi dan ku dengar disampingku.
awan biru itu mengambarkan kembali bawa aku telah melewatkan bagian lain yang indah itu, indah penuh dengan warna dan hanya kita yang mengerti bagaimana gelombang-gelombang itu bisa mengisahkan perjalanan kita dibawa awan biru.
Perjalanan yang kita lalui selalu diikuti secara perlahan, entah siapa yang menikmati. Kita atau awan biru itu yang sedang menikmati kita yang bercerita tentang dia. Lelucon diatas spedah motor yang dilaju. Awan itu bergerak ya. Tidak kita yang bergerak. Ah yang benar mana. Yang benar kita sedang bersama.
Dan akhirnya kitapun saling melewatkan, kita memang tidak kemana-mana, tidak disamping, tidak menjadi pendamping, dan akan terus dibawa awan biru.
❤️