Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

Mengawali Hati

Hai perkenalkan tentang hati. Mari membuka hati yang keras ini sampai terbuka, karena kita tidak sadar sudah tertutup oleh hati itu sendiri.  Kita ini sering berubah saat keadan kita tertekan, kesadaran meningkat, atau hati sedang hancur-hancurnya.  Memang mengawali itu sulit. Ya siapa saja ini bakal mengalami. Sebab jalannya sudah benar jadi akan terasa semakin sulit.  Perjalanan paling lama dan dalam yang bisa ditempuh oleh kita adalah perjalanan dari pikiran hati kita sendiri.  Hal-hal  mengharuskan kita untuk menurunkan ego, merendahkan hati, dan menyediakan ruang hati yang ikhlas untuk penerimaan.  Seluruh hal ini memang bukan kehendak kita, namun sudah sepatutnya kita mencoba hal-hal yang bisa mengubah hati kita sendiri.  Terimakasih atas apa yang menjadikan kita terbuka, penerimaan, keihklasan dalam menurunkan ego masing-masing dalam hati.  Yuk, berbicara pada hati, bahwa kita sudah mulai terbuka untuk memulai.  Last in memori. 

Hari ini kita belajar

 Mengenali Blind Spot diri sendiri.  Kapasitas Keterbukaan.  Berkomunikasi - berpendidikan, berbudaya, berbangsa, berperadaban, semuanya dimulai dengan little step (baca buku di rumah). Membuka diri seluas-luasnya. Karsa Manusia tidak hanya mengolah akal budi, namun juga mengolah batin. Spektrum ide sudah tidak ada lagi. Festivalisasi-Sensasionalisasi. Bukan lagi intelektualisasi. Bias kognitif atau bias emotif sering hilang.  Hidup bersama yang sehat adalah berani berargumen. (Kesimpulan bisa berbeda). Apa yang saya terima ini adalah pendapat dari banyak orang. Tentu berkutat dengan ini semua tidak lepas untuk selalu bertanya.  Mencari titik optimal diri sendiri. Talenta atau power adalah sesuatu yang harus berjodoh atau keberuntungan. (Kematangan) 

Hidup hanya Mampir

Mad, hidup ini hanya mampir ya? Betapa waktu cepat berlalu. Setiap tahun kita selalu punya agenda untuk pergi, Kemarin saja kita sama-sama pergi ke banyuwangi hanya bermodalkan yuk berangkat. Berangkatlah kita. Sekarang tau-tau sudah malu-malu untuk hanya sekadar berkumpul setelah tiba di kampung halaman.  Ah, gak. Menurutku kita masih bersama-sama kok. Tapi ya cuman mampir. Aku balik ya. Begitulah ucapan-ucapan yang diam-diam selalu terpendam.  Ah, betapa mengesalkannya curhat, selalu disajikan kopi dan pikiran untuk tumbuh.  Bu, hidup ini hanya mampir makan dan minum yak. Padahal baru kemarin aku pulang untuk menemani. Tau-tau sekarang sudah merantau kembali. 

Belum mengenal diri sendiri

Bagaimana kita bisa mengenal diri sendiri?  Dari orang lain  Dari hati  Dari dalam ucapan  Dari kebingungan dan kepasrahan  Dari kembali melakukan kesalahan  Kita selalu mengingat masa lalu, akhirnya mengkhawatirkan masa depan sebagai tameng untuk melanjutkan kehidupan sempurna. Fokus kita pada itu, selalu ingin melihat orang lain bisa sempurna seperti kita. Namun terkadang ketika orang bilang sesuai apa yang ada kita lebih sering menolak untuk merenungkan apakah memang seperti itu.  Apakah kita akan suka?  Tidak, kita akan berpegang teguh pada masa lalu lagi. Yang dimana semua saat itu adalah istimewa. Istimewa itulah yang akan selalu membandingkan dengan yang lain untuk sempurna.  Hal-hal yang dikenal saat ini untuk diri sendiri selalu kita tolak dengan masa lalu. Karena tidak bisa menikmati momen-momen saat cerita ini dibuat. Dan lebih parahnya kita mengkhawatirkan masa depan yang sejatinya kita sudah berada dimasa depan.  Terimakasih...