Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Berpuisi

Satu kali ini saja, temani aku berpuisi dan menulis disampingmu. Bukan untuk bersandar, hanya ingin ada. Sebab dulu pernah kukatakan. Aku senang menciptakan keindahan. Tapi mengapa sekarang kau bimbingan, cemburu pada keindahan. Yang aku inginkan hanya engkau tumbuh mewangi, mekar bersemi seperti bidadari yang memetik setangkai bunga menghias telinga Biar ku berjuang untuk mengubur dalam dalam. Getar rasa hati dan mimpi untuk menjadikanmu ibu dari anak anakku nanti. Selamat bermain mimpi.
Lebih dariapapun orang akan berpikir rakka adalah pria terjajah yang pernah merasakan kehilangan perempuan. Andai perempuan seperti itu ada dimana-mana tak perlu lagi mencari ke dalam diri dan tersenyum. Ketika kutemukan hati sedang terluka menahan sepi dan terpojok tanpa harus memikirkan untuk memperbaiki. Senja bersembunyi, malam berdiri, dan bayang muncul di antara lampu-lampu jalanan. Rakka sekali lagi harus menerima untuk melepaskan, tidak ada kata sayang dan cinta yang lebih tinggi lagi selain ikhlas. Ikhlas dalam hal yang akan membuyarkan otak untuk tidak lagi berpikir menjaga siapapun kembali. Ketika melakukan ini, akan salah, ketika melakukan itu, maka dikira lupa. Rakka tidak bisa lagi terbang, sayapnya patah, berkeping-keping, tidak seperti kali pertama dulu bisa terbang kemana-mana, apakah dulu itu yang dinamakan cinta. Lalu ketika ikhlas apa tidak bisa terbang jauh. Bisa terbang jauh tapi meninggalkanmu.